Sabtu, 03 Maret 2012

macam macam bahan organik


Macam-macam bahan organik
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah, biasanya berupa pupuk. Pupuk merupakan bahan alami yang ditambahkan pada tanah supaya kesuburan tanah dapat meningkat. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam yaitu dari sisa-sisa organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan yang mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang yang dibutuhkan oleh tumbuhan supaya dapat tumbuh dengan subur. Pupuk organik terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, diombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur-usur yang dapat digunakan oleh tanaman, tanpa mencemari tanah dan air.
Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair biasanya berupa saringan dari pupuk padat. Pupuk cair ini dimaksudkan agar penggunannya lebih mudah, tidak mengandung kotoran, dan sekaligus menjaga kelembaban tanah. Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk serasah, kompos, maupun pupuk kandang. Kesemuanya akan berpengaruh positif terhadap tanah jika pemberiannya ke tanah setelah pupuk.

PUPUK PADAT/KERING
Pupuk Hijau
Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan mempunyai bintil akar yang membantu mengikat nitrogen dari udara. Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain
  1. mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air
  2. mencegah adanya erosi
  3. dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan gulma jika ditanam pada waktu tanah bero
  4. sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk inorganik

Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu :
  • tanaman hijau dapat sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan, dan air
  • pada pola tanam yang menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang hama ataupun penyakit
  •  dapat menimbulkan persaingan dngan tanaman pokok dalam hal tempa, air dan hara pada pola pertanaman tumpang sari.

Pupuk Seresah
Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman yang sudah tidak terpakai. Misalnya jerami kering, bonggol jerami, rumput tebasan, tongkol jagung, dan lain-lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk penutup tanah karena pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan pada permukaan tanah di sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini diantaranya :
  •  dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan pengairan
  •  mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut dan terbawa air
  • menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan
  •  menghambat pertumbuhan gulma
  •  menjaga tekstur tanah tetap remah
  •  menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan
  •  memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu menyuburkan tanah dan sumber humus
    Macam-macam bahan organik
    Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah, biasanya berupa pupuk. Pupuk merupakan bahan alami yang ditambahkan pada tanah supaya kesuburan tanah dapat meningkat. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam yaitu dari sisa-sisa organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan yang mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang yang dibutuhkan oleh tumbuhan supaya dapat tumbuh dengan subur. Pupuk organik terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, diombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur-usur yang dapat digunakan oleh tanaman, tanpa mencemari tanah dan air.
    Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair biasanya berupa saringan dari pupuk padat. Pupuk cair ini dimaksudkan agar penggunannya lebih mudah, tidak mengandung kotoran, dan sekaligus menjaga kelembaban tanah. Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk serasah, kompos, maupun pupuk kandang. Kesemuanya akan berpengaruh positif terhadap tanah jika pemberiannya ke tanah setelah pupuk.

    PUPUK PADAT/KERING
    Pupuk Hijau
    Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan mempunyai bintil akar yang membantu mengikat nitrogen dari udara. Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain
  • mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air
  • mencegah adanya erosi
  • dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan gulma jika ditanam pada waktu tanah bero
  • sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk inorganik

Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu :
  • tanaman hijau dapat sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan, dan air
  • pada pola tanam yang menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang hama ataupun penyakit
  •  dapat menimbulkan persaingan dngan tanaman pokok dalam hal tempa, air dan hara pada pola pertanaman tumpang sari.

Pupuk Seresah
Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman yang sudah tidak terpakai. Misalnya jerami kering, bonggol jerami, rumput tebasan, tongkol jagung, dan lain-lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk penutup tanah karena pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan pada permukaan tanah di sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini diantaranya :
  •  dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan pengairan
  •  mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut dan terbawa air
  • menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan
  •  menghambat pertumbuhan gulma
  •  menjaga tekstur tanah tetap remah
  •  menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan
  •  memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu menyuburkan tanah dan sumber humus

Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan. Sebenarnya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebgai pupuk kompos. Tetapi sekarang sudah banyak spesifikasi mengenai kompos. Biasanya orang lebih suka menggunakan limbah atau sampah domestik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan yang dapat diperbaharui yang tidak tercmpur logam dan plastik. Hal ini juga diharapkan dapat menanggulangi adanya timbunan sampah yang menggunung serta megurangi polusi dan pencemaran di perkotaan.

Pupuk Kandang
Para petani terbiasa membuat dan menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk karena murah, mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap tanaman. Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian dan peternakan yang sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian organik. Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk organik lainnya apalagi dari pupuk anorganik, yaitu :
  • Pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung unsur-unsur organik yang dibutuhkan di dalam tanah. Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan banyak mengandung oksigen. Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan poduksi pertanian. Hal ini disebakan tanah lebih banyak menahan air lebih banyak sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar.
  • Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang sangat penting unuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain
  • Pupuk kandang banyak mengandung mikrooganisme yang dapat membantu pembentukan humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat diperlukan bagi tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat digantikan oleh pupuk lain.

PUPUK CAIR
Pupuk oganik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa.
Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair.
Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga. Keuntungan pupuk cair antara lain :
  • pengerjaan pemupukan akan lebih cepat
  • penggunaanya sekaligus melakukan perlakuan penyiraman sehingga dapat menjaga kelembaban tanah
  • aplikasinya bersama pestisida organik berfungsi sebagai pencegah dan pemberantas penggangu tanaman.
Jenis tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk pembuatan pupuk cair misalnya daun johar, gamal, dan lamtorogun
MULSA (PENUTUP TANAH)
Mulsa atau penutup tanah sangat penting dan berpengaruh positif terhadap tanah maupun tanaman. Dalam peranannya untuk peningkatan kesuburan tanah, mulsa yang paling baik adalah mulsa yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami padi, seresah dan ilalang, tidak dari plastik. Selain fungsinya untuk menjaga kelembaban tanah, setelah mulsa membusuk akan berguna sebagai pupuk organik yang memperbaiki struktur dan tekstur tanah.

Tanah yang tidak menggunakan mulsa akan mudah terkena erosi bila erkena air hujan maupun pecah-pecah apabila terlalu banyak penguapan. Seperti diketahui bahwa erosi akan memperburuk kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta tanaman menjadi mudah roboh. Sedangkan kondisi tanah yang pecah-pecah akan berpengaruh buruk pada perakaran tanaman berupa putusnya akar.
Dengan adanya mulsa, air hujan yang jatuh akan meresap ke bawah sehingga tidak terjadi aliran permukaan. Selanjutnya dengan penguapan yang sedikit, air tanah tetap tersedia bagi tanaman. Karena mulsa berguna untuk mengurangi penguapan, mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, dan sebagai sumber penambah hara setelah menjadi pupuk hijau, lahan pertanaman yang menggunakan mulsa akan menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.
Beberapa jenis pupuk yang termasuk kedalam pupuk organik adalah :
Pupuk kandang
Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur dengan sisa-sisa makanan ataupun alas kandang. Pupuk kandang berfungsi menambah unsur unsur hara baik makro maupun mikro kedalam tanah. selain itu pupuk kandang dapat mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik tanah. Pupuk kandang terdiri dari dua komponen asli, yaitu padat dan cair dengan perbandingan rata-rata 3 : 1.
Tabel. Persentase Kadar Hara dalam Bagian Padat dan Cair dari Pupuk Kadang
Bagian pupuk     N total (%)      P total (%)           K total (%)
Kotoran padat        55                   100                       65
Kotoran cair           45                sedikit                     35
Total                     100                  100                      100

Walaupun demikian kadar rata-rata unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang sangatlah bervariasi. Variasi ini disebabkan oleh macam atau jenis hewan, umur dan keadaan individu hewan, jenis makanan, bahan amparan dan cara pengelolaan dan penyimpanan pupuk kandang sebelum dipakai.
Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian-bagian tanaman yang masih muda yang dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah bahan organik dan unsur hara terutama nitrogen kedalam tanah.
Dari segi biokimia keuntungan dari pemakaian pupuk hijau dapat dikatakan bahwa dengan pemakaian pupuk hijau berarti menambah persediaan bahan organik tanah. Disamping itu, tanaman calon pupuk hijau yang tumbuh mempunyai pengaruh terhadap pengawetan hara tanah karena mengabsorpsi hara, selain itu tanaman pupuk hijau berfungsi sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) contohnya Centrosema sp dan Peuraria javanica.
Sifat biologi tanah
Kompos banyak mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomicetes, bakteri dan algae) yang berfungsi untuk proses dekomposisi lanjut terhadap bahan organik tanah. Dengan ditambahkannya kompos didalam tanah, tidak hanya jutaan mikroorganisme yang ditambahkan kedalam tanah, akan tetapi mikroorganisme yang ada didalam tanah juga terpacu untuk berkembang biak. Selain itu aktifitas mikroorganisme didalam tanah juga menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan seperti auksin, giberellin dan sitokinin yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas.
Pupuk guano
Guano merupakan deposit atau sedimen yang terdiri dari kotoran binatang, terutama kotoran burung laut dan kelelawar yang telah mengalami pengaruh alam dalam waktu relatif lama dan telah mengalami perubahan-perubahan. Unsur hara yang terdapat didalamnya adalah N dan P dan ada juga guano yang mengandung unsur kalium (K).
Asam humus (Humic Acid)
Asam humus merupakan senyawa kompleks bersifat koloid yang berasal dari bahan-bahan organik yang tahan terhadap dekomposisi dan sel-sel mikroorganisme yang sudah terurai, terbentuk pada akhir dekomposisi lanjut, berwarna coklat atau coklat kelam.
Asam humus mempunyai kemampuan mengabsorpsi air mencapai 80-90%, sedangkan lempung silikat hanya 15-20%, selain itu dapat juga meningkatkan granulasi tanah dengan baik dan didalamnya terdapat unsur hara baik makro maupun mikro serta trace mineral lainnya yang dibutuhkan untuk perkembangan tumbuhan. Selain itu asam humus juga mempunyai kemampuan untuk mengikat vitamin dan zat-zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah sehingga sangat bermanfaat untuk tumbuhan tingkat tinggi, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), perbaikan struktur tanah, memacu perkembangan berbagai kelompok mikroba yang menguntungkan dan lain-lain.
Bila reaksi dari penambahan bahan organik berjalan sempurna, akan didapatkan senyawa-senyawa sederhana seperti air, udara, dan sebagainya. Bila bahan organik segar dimasukkan ke dalam tanah, senyawa- senyawa yang terkandung dalam bahan organik tersebut dilapuk secara simultan namun dengan laju yang berrbeda-beda. Tiga reaksi umum yang terjadi bila jaringan organik dimasukan ke dalam tanah :
·         Limbah organik mengalami oksidasi enzimatik dengan CO2, air dan panas sebagai hasil utama
·         Unsur-unsur fungsional, Nitrogen, Fosfor, dan belerang dibebaaskan dan atau digunakan oleh serangkaian reaksi spesifik yang khas bagi tiap unsure
·         Senyawa yang tahan terhadap serangan jasad mikro akan dibentuk baik dari senyawa yang berasal dari bahan organik semula atau hasil bentukan jasad mikro.
Peningkatan porositas tanah ditentukan oleh ukuran dan padatan tanah yang dapat meningkatkan aerasi, kandungan air, dan menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang baik. Pori-pori akan membentuk jaringan dalam tanah dalam bentuk tiga dimensi. Udara dalam ruang pori tanah umumnya didominasi oleh gas-gas O2, N2, dan CO2. Hal ini penting bagi pernafasan mikroorganisme tanah dan akar tanaman, dan mempengaruhi jumlah mikroba aerobik dan anaerobik tanah.
Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman seperti akar, batang, daun yang gugur, yang dikembalikan ke tanah.
Bahan organik sangat besar peranannya dalam menyediakan media pertumbuhan dan perkembangan perakaran. Diantara peranan bahan organik meliputi:
·         Menjaga kelembaban bahan organik terutama yang telah menjadi humus dengan rasio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat bobotnya. Karena kandungan air tersebut maka humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air. Tanah yang mengandung banyak bahan organik dapa menyimpan lebih banyak air sehingga kelembaban tanah akan terjaga
·         Menstabilkan temperatur bahan organik dapat menyerap panas yang tinggi namun dapat menjadi isolator panas juga karena mempunyai daya hantar panas yang rendah.
·         Memperbaiki struktur tanah sifat humus dari bahan organik adalah gembur. Bobot yang rendah, kelembaban tanah yang tinggi serta temperatur tanah yang stabil meningkatkan kegiatan jasad mikro tanah, sehingga percampurannya dengan bagian mineral memberikan struktur tanah yang gembur, remah dan mudah dioleh. Struktur tanah yang demikian merupakan kondisi fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik.
·         Meningkatkan efisiensi pemupukan pemupukan dengan pupuk organik akan memberikan tambahan jumlah hara dalam tanah dengan cepat.
·         Mengurangi erosi.
Pengaruh Bahan Organik Terhadap Produksi Tanaman
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono, 1983).
Bahan tersebut dapat berupa pupuk organic, yang proses perubahannya dapat terjadi secara alami atau buatan.
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur hara tumbuhan. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah,
Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman sepert akar, batang, daun yang gugur, yang dikembalikan ke tanah. 5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Fungsi bahan organik adalah:
· Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
· Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
· Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
· Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi)
· Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik tidak mutlak dibutuhkan di dalam nutrisi tanaman, tetapi untuk nutrisi tanaman yang efisien, peranannya tidak bole ditawar lagi. Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Sejak perang dunia ke dua, terdapat suatu peningkatan yang besar hasil tanaman pada beberapa negara. Hasil tanaman yang lebih besar terutama dimana hanya biji-bijian saja yang dipanen, sisa - sisa tanamna lebih banyak dikembalikan ke lahan dan disini lebih banyak penutupan oleh tanaman selama musim pertumbuhan.
Immobilisasi adalah konversi yang sebaliknya. Sebagai contoh adalah pengambilan amonium atau nitrat oleh tanaman atau mikroorganisme dan ditranformasikan ke dalam protein. Selanjutnya, demikian proses bolak - balik tersebut berlangsung.
Apabila sisa-sisa tanaman segar ditambahkan ke dalam tanah, nitrogen di dalam tanaman itu dapat terdekomposisi dan termineralisasi oleh mikrrorganisme dan segera tersedia bagi tanaman, atau nitrogen itu mungkin tidak termineralisasi dan tidak tersedia bagi tanaman. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Seandainya semua faktor yang memepengaruhi dekomposisi optimum (seperti oksien, suhu dan kelembapan),faktor pembatas di dalam proses itu tinggal nisbah karbon organik terhadap nitrogen total di dalam tanaman tersebut.
Pembenaman bahan organik segar dengan nisbah C/N tinggi, seperti batang jagung (40) dan jerami (80), yang kemudian segera diikuti dengan penanaman memerlukan nitrogen tambahan. Alternatif lain, waktu tanam ditunda dulu agar dekomposisi berkesempatan berlangsung lebih lanjut dahulu beberapa hari. Bahan organik segar dengan nisbah C/N kecil, seperti alfalfa dan kotoran manusia, bisa lebih baik dan tanahnya dapat langsung ditanami.
Nisbah C/N kebanyakan tanah mendekati 10. Nisbah C/N humus sendiri adalah 10. Tanah - tanah, terutama untuk pembibitan, yang nisbah C/N-nya tinggi selalu memerlukan pupuk nitrogen yang cepat tersedia agar defisiensi nitrogen tidak terjadiPupuk Kandang
Dewasa ini pemupukan dengan pupuk anorganik atau pupuk buatan penggunaannya semakin meningkat. Hal ini bila berlangsung terus dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hara dalam tanah, dan rusaknya struktur tanah, sehingga dapat menurunkan produktivitas tanah pertanian. Salah satu alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan pemberian bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah. Pemberian pupuk kandang, selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan yang harganya relatif mahal dan terkadang sulit diperoleh. Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan sisa-sisa pakan dan alas kandang.

MANFAAT PUPUK KANDANG
Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat, dan kalium saje, tetapi karena mengandung hampir sernua unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah.
Keistimewaan penggunaan pupuk kandang antara lain:
  • Merupakan pupuk lengkap, karena mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman, juga mengandung hara mikro.
  • Mempunyai pengaruh susulan, karena pupuk kandang mempunyai pengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi tersedia.
  • Memperbaiki struktur tanah sehingga aerasi di dalam tanah semakin baik. Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
  • Meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi tanaman.
  • Mencegah hilangnya hara (pupuk) dari dalam tanah akibat proses pencucian oleh air hujan atau air irigasi.
  • Mengandung hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.

CARA PENGGUNAAN PUPUK KANDANG
Kotoran ternak segar yang bercampur dengan sisa-sisa pakan ternak tidak dapat
langsung digunakan sebagaj pupuk. Agar dapat digunakan sebagai pupuk, kotoran ternak harus mengalami proses pelapukan (dekomposisi) terlebih dahulu. Proses pelapukan dapat dilakukan dengan cara menyimpan kotoran ternak segar di dalam lubang atau karung plastik selama 2-3 bulan. Pada budidaya padi sawah, pupuk kandang diberikan secara kombinasi dengan pupuk buatan. Sebelum pengolahan tanah pupuk kandang disebar merata dj alas permukaan tanah, dan selanjutnya baru dilakukan pembajakan. Jumlah pupuk kandang yang diberikan antara 5-10 ton perhektar, tergantung pada kesuburan tanah.

          epetani.deptan.go.id

insektisida organik

Membuat Pestisida Organik, Pestisida Hayati
Ramuan Insektisida Organik Serba Guna
Bahan
1. Air cucian beras (leri0 sebanyak 1 liter.
2. Alkohol 10 sendok makan atau dapat diganti dengan 2 butir ragi.
3. Cuka 10 sendok makan.
4. Gula pasir 1kg
5. Perasan umbi gadung 10 sendok makan.
6. Bakteri 10 sendok makan.
7. Daun klekeh, daun sirih, daun kecubung, daun mahoni, daun sirsak
masing-masing satu genggam dan ditumbuk halus.

Pembuatan
1. Seluruh bahan dicampur dan diaduk menjadi satu dan didiamkan selama
3 hari
2. Bahan siap digunakan dengan cara mencampurkan air sebanyak 10-15
liter untuk 1 gelas
3. Sebelum digunakan tambahkan larutan air tumbukan bawang putih atau
cabai.
Baca selengkapnya...
 
Ramuan Mengatasi Ulat
Bahan
1. Daun gamal 1 kg
2. Air 5 liter
3. Tembakau 2 ½ gram

Cara Pembuatan
1. Daun gamal ditumbuk sampai halus dan dimasak dengan 5 liter air, lalu
dinginkan.
2. Tambahkan tembakau sambil diaduk-aduk.
3. Didiamkan selama satu malam.
4. Air sarinya siap digunakan dengan perbandingan ¼ liter untuk 10 liter air.
Ramuan Pemberantas Keriting Pada Cabai
Bahan
1. Abu dapur 2 kg
2. Tembakau ¼ kg
3. Bubuk belerang 3 ons

Cara Pembuatan
1. Semua bahan dilarutkan kedalam air selama 3 – 5 hari
2. Bahan siap digunakan dengan mencampurkan air 10 liter untuk 1 gelas
Fungsida organik untuk Memberantas Jamur
Bahan
1. Lengkuas/laos 1 kg
2. Kunyit/kunir 1kg
3. Jahe 1 kg

Cara Pembuatan
1. Ketiga bahan ditumbuk atau diparut
2. Ambil sarinya dengan cara diperas
3. Bahan siap digunakan untuk 2 sendok makan dicampur dengan air 10 – 15 liter
Pembuatan Pestisida organik

Pembuatan Pestisida Alami
Penggunaan pestisida kimia memang berbahaya bagi Manusia.   Kita sering merasa waswas bila anak kita akan bisa menjangkaunya.  Nah, semoga artikel tentang pembuatan pestisida alami ini dapat membantu memecahkan Persoalan Anda (petani) dalam melindungi kebun (lahan pertanian) sekaligus keluarga.

Mimba (Azadiracta indica)
Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2 genggam bijinya, kemudian
ditumbuk. Campur dengan 1 liter air, kemudian diaduk sampai rata.   Biarkan selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya harus ditambah dengan air sebagai pengencer. Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air. Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring.  Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama tanaman.

Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami.  Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin lalu saring.Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.

Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.

Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2 - 6 liter.  Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.

Kucai (Allium schonaoresum)
Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.
Bunga Camomil (Chamaemelum spp)
Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk mencegah damping off atau penyakit rebah.

Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup.  Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari.  Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air.  Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman,khususnya hortikultura.


Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot.  Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak.  Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman

Mint (Menta spp)
Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan tembakau.  Kemudian giling sampai halus untuk diambil ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air secukupnya.  Dari ekstrak tersebut bisa digunakan untuk memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman.

Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan.  Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian saring.  Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.

Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu.  Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.
Membuat Pestisida Organik
Dengan semakin mahalnya bisaya pestisida, maka kita petani kita mulai melirik pestisida organic. Disamping harganya murah, bahan-bahannya banyak tersedia di sekitar kita. Namun sayangnya kita enggan untuk membuatnya, karena umumnya kita tidak tahu bagaimana cara membuatnya.
gb.gadung
Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab dengan lingkungan. 
Penggunaan pestisida organik juga harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama. Pestisida organik dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia.
Untuk pencegahan adanya hama, penyemprotan dapat dilakukan secara periodik pada tanaman sayuran. Sebaiknya dalam waktu satu minggu sekali atau disesuaikan dengan ada tidaknya hama karena hama selalu berpindah.

Bahan baku Pestisida organik dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring . Untuk cabe saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia.

Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare. Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah.

Selain dengan pestisida organik buatan, pengusiran hama lalat buah juga dapat dilakukan dengan pengalihan perhatian hama pada warna-warna yang disukainya. Caranya dengan memasang warna tertentu yang bisa menarik lalat buah di sekitar tanaman. Pertanian secara tumpang sari juga bisa menjadi alternatif mengurangi hama tanaman tertentu.  Berikut beberapa cara untuk membuat pestisida organik yang dapat dibuat sendiri:
Membuat Pestisida Organik untuk Hama dan penyakit tanaman
Bahan dan Alat:
2 kg gadung.
1 kg tembakau.
2 ons terasi.
¼ kg jaringao (dringo).
4 liter air.
1 sendok makan minyak kelapa.
Parutan kelapa.
Saringan kelapa (kain tipis).
Ember plastik.
Nampan plastik.

Cara Pembuatan:
Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung).
Gadung dikupas kulitnya dan diparut.
Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas
Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas
Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian
dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil
perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.

Dosis:
1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air.
2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air.

Kegunaan:
Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit.
Dapat menolak hama dan penyakit.
Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami.

Sasaran :
Wereng Batang Coklat, Lembing Batu, Ulat Grayak, Ulat Hama Putih Palsu

1. Pestisida Organik NIKURAK (mahoni, tembakau dan daun jarak)
a. Bahan-bahan
1. Biji mahoni : 300 gram
2. Tembakau : 100 gram
3. Daun jarak : 1 kg
4. Air : 6 ltr
b. Cara membuatnya
1. Biji mahoni digiling/ditumbuk halus.
2. Daun jarak dan tembakau direbus dengan air sampai mendidih, angkat dan dinginkan. Campurkan mahoni yang sudah ditumbuk halus aduk hingga rata, kemudian diamkan selama 24 jam, lalu saring.
3. Jika larutan pestisida organik ingin disimpan, maka pencampuran dilakukan pada saat akan digunakan.
c. Dosis :
30 cc larutan pestisida organik ini bias digunakan untuk satu tangki sprayer (+/- 15 liter).
Semprotkan ke lahan yang terkena hama pada waktu pagi atau sore hari. Ulangi tiap 4 hari sekali.

d. Sasaran OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Ulat grayak : pada tanaman bawang merah, bawang putih, kedelai, jagung, kacang tanah, kacang panjang, kubis dan sawi
Ulat penggulung daun dan perusak daun pada tanaman padi.

e. Hasil pencapaian
1. Pestisida Organik NIKORAK bersifat racun kontak, dan hama yang terkena secara langsung , tingka kematiannya tinggi.
2. Populasi hama turun drastic dan timbulnya lama
3. Keluhan sampingan tidak ditemui, pada waktu setelah penyemprotan.


2. GACASI (gadung, cabe merah dan daun sirih)

a. Bahan-bahan
1. Gadung : 4 kg
2. Cabai merah : 2 on
3. Daunsirih : 2 kg
4. Air : 15 ltr

b. Cara membuatnya
1. Gadung, cabai dan daun sirih digiling halus dan campurkan dengan rata
2. Tambahkan air, aduk sampai rata dan disaring, air ramuan merupakan induk pestisida.

c. Penggunaan
14 liter air dicampur dengan pestisida 250 cc (1 gelas), semprotkan ke lahan pada waktu pagi/sore hari, ulangi 4-5 hari sekali.

d. Sasaran OPT
Penggerek batang, wereng, walang sangit, thrip, aphia, serangga kecil lainnya.


by lesman

BUDIDAYA TANAMAN JAHE

BUDIDAYATANAMAN JAHE

PENDAHULUAN

Jahe merupakan salah satu komoditas ekspor rempah-rempah Indonesia, disamping itu juga menjadi bahan baku obat tradisional maupun fitofarmaka, yang memberikan peranan cukup berarti dalam penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor dikemas berupa jahe segar, asinan (jahe putih besar), jahe kering (jahe putih besar, kecil dan jahe merah), maupun minyak atsiri dari jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe merah. Volume permintaannya terus meningkat seiring dengan permintaan produk jahe dunia serta makin berkembangnya industri makanan dan minuman di dalam negeri yang menggunakan bahan baku jahe. Pada tahun 1998, ekspor jahe Indonesia mencapai 32.807 ton dengan nilai nominal US $ 9.286.161. Tahun 2003 turun menjadi 7.470 ton dengan nilai US $ 3.930.317 karena mutu yang tidak memenuhi standar. Namun
permintaan jahe mengalami peningkatan setiap tahun. Kondisi ini di Indonesia, direspon dengan makin berkembangnya areal penanaman dan munculnya berbagai produk jahe.

Pengembangan jahe skala luas sampai saat ini perlu didukung dengan upaya pembudidayaannya secara optimal dan berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat keberhasilan budidaya yang optimal
diperlukan bahan tanaman dengan jaminan produksi dan mutu yang baik serta stabil dengan cara menerapkan budidaya anjuran. Adanya penolakan ekspor jahe Indonesia di negara tujuan terutama Jepang, karena tingginya cemaran mikroorganisme, mengakibatkan anjloknya pendapatan petani jahe. Hal ini perlu segera diantisipasi dengan menerapkan budidaya anjuran terbaik diantaranya dengan penggunaan bahan tanaman sehat yang berasal dari varietas unggul. Selain itu, karena kualitas simplisia bahan baku industri hilir ditentukan oleh proses budidaya dan pascapanennya, maka pembakuan standar prosedur operasional (SPO) budidaya jahe dibuat guna mendukung
GAP (Good Agricultural Practices).


PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN JAHE

Untuk budidaya jahe diperlukan lahan di daerah yang sesuai untuk pertumbuhannya. Untuk pertumbuhan jahe yang optimal diperlukan persyaratan iklim dan lahan sebagai berikut : iklim tipe A, B dan C (Schmidt & ferguson), ketinggian tempat 300 - 900 m dpl., temperatur rata-rata tahunan 25 - 30ยบ C, jumlah bulan basah (> 100 mm/bl) 7 - 9 bulan per tahun, curah hujan per tahun 2 500 – 4 000 mm, intensitas cahaya matahari 70 - 100% atau agak ternaungi sampai terbuka, drainase tanah baik, tekstur tanah lempung sampai lempung liat berpasir, pH tanah 6,8 – 7,4. Pada lahan dengan pH rendah dapat diberikan kapur pertanian (kaptan) 1 - 3 ton/ha atau dolomit 0,5 – 2 ton/ha untuk meningkatkan pH tanah. Pada lahan dengan kemiringan > 3% dianjurkan untuk dilakukan pembuatan teras, teras bangku sangat dianjurkan bila kemiringan lereng cukup curam. Hal ini untuk menghindari terjadinya pencucian lahan yang mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, dan benih jahe hanyut terbawa arus. Persyaratan lahan lainnya yang juga penting bagi penamaman jahe adalah lahan bukan merupakan daerah endemik penyakit tular tanah (soil borne diseases) terutama bakteri
layu dan nematoda.

Untuk menjamin kesehatan lahan, sebaiknya lahan yang digunakan bukan bekas jahe, atau tidak ada serangan penyakit bakteri layu dilahan tersebut dan hanya dua kali berturut-turut ditanami jahe. Tahun berikutnya dianjurkan pindah tempat untuk menghindari kegagalan panen karena kendala penyakit dan adanya gejala allelopati.


BAHAN TANAMAN JAHE

Jahe (Zingiber officinale Rosc.; Ginger) adalah tanaman herba tahunan yang tergolong famili Zingiberaceae, dengan daun berpasangpasangan dua-dua berbentuk pedang, rimpang seperti tanduk,
beraroma. Selama ini di Indonesia, berdasarkan pada bentuk, warna dan aroma rimpang serta komposisi kimianya dikenal 3 tipe jahe, yaitu jahe putih besar, jahe emprit dan jahe merah. Jahe putih besar (Z. officinale var. officinarum) mempunyai rimpang besar berbuku, berwarna putih kekuningan dengan diameter 8,47 – 8,50 cm, aroma kurang tajam, tinggi dan panjang rimpang
6,20 – 11,30 dan 15,83 – 32,75 cm, warna daun hijau muda, batang hijau muda dengan kadar minyak atsiri didalam rimpang 0,82 – 2,8%. Jahe putih kecil (Z. officinale var. amarum) mempunyai rimpang kecil berlapis-lapis, aroma tajam, berwarna putih kekuningan dengan diameter 3,27 – 4,05 cm, tinggi dan panjang rimpang 6,38 –11,10 dan 6,13 – 31,70 cm, warna daun hijau muda, batang hijau muda dengan kadar minyak atsiri 1,50 – 3,50%.

Jahe merah (Z. officanale var. rubrum) mempunyai rimpang kecil berlapis, aroma sangat tajam, berwarna jingga muda sampai merah dengan diameter 4,20 – 4,26 cm, tinggi dan panjang rimpang 5,26 – 10,40 dan 12,33 – 12,60 cm, warna daun hijau muda, batang hijau kemerahan dengan kadar minyak atsiri 2,58 – 3,90%. Balittro telah melepas varietas unggul jahe putih besar
(Cimanggu-1) dengan potensi produksi 17 - 37 ton/ha. Sedangkan calon varietas unggul jahe putih kecil dan jahe merah rata-rata potensi produksinya masing-masing untuk jahe putih kecil adalah 16 ton/ha dengan kadar minyak atsiri 1,7 – 3,8%, kadar oleoresin 2,39 – 8,87%. Sedangkan jahe merah potensi produksinya 22 ton/ha, kadar minyak atsiri 3,2 – 3,6%, kadar oleoresin 5,86 – 6,36%.


PEMBENIHAN TANAMAN JAHE

Benih yang digunakan harus jelas asal usulnya, sehat dan tidak tercampur dengan varietas lain. Benih yang sehat harus berasal dari pertanaman yang sehat, tidak terserang penyakit. Beberapa penyakit penting pada tanaman jahe yang umum dijumpai, terutama jahe putih besar, adalah layu bakteri (Ralstonia solanacearum), layu fusarium (Fusarium oxysporum), layu rizoktonia (Rhizoctonia solani), nematode (Rhodopolus similis) dan lalat rimpang (Mimergralla coeruleifrons, Eumerus figurans) serta kutu perisai (Aspidiella hartii). Rimpang yang telah terinfeksi penyakit tidak dapat digunakan sebagai benih karena akan menjadi sumber penularan penyakit di lapangan. Pemilihan benih harus dilakukan sejak pertanaman masih di lapangan. Apabila terdapat tanaman yang terserang penyakit atau tercampur dengan jenis lain, maka tanaman yang terserang penyakit dan tanaman jenis lain harus dicabut dan dijauhkan dari areal pertanaman. Pemilihan (penyortiran) selanjutnya dilakukan setelah panen, yaitu di gudang penyimpanan.

Pemeriksaan dilakukan untuk membuang benih yang terinfeksi hama dan penyakit atau membuang benih dari jenis lain. Rimpang yang akan digunakan untuk benih harus sudah tua
minimal berumur 10 bulan. Ciri-ciri rimpang tua antara lain kandungan serat tinggi dan kasar, kulit licin dan keras tidak mudah mengelupas, warna kulit mengkilat menampakkan tanda bernas. Rimpang yang terpilih untuk dijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2 - 3 bakal mata tunas yang baik dengan bobot sekitar 25- 60 g untuk jahe putih besar, 20 - 40 g untuk jahe putih kecil dan jahe merah. Kebutuhan benih per ha untuk jahe merah dan jahe emprit 1 – 1,5 ton, sedangkan jahe putih besar yang dipanen tua membutuhkan benih 2 - 3 ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih besar yang dipanen muda. Bagian rimpang yang terbaik dijadikan benih adalah rimpang pada ruas kedua dan ketiga.


Sebelum ditanam rimpang benih ditunaskan terlebih dahulu dengan cara menyemaikan yaitu, menghamparkan rimpang di atas jerami/alang-alang tipis, di tempat yang teduh atau di dalam gudang penyimpanan dan tidak ditumpuk. Untuk itu biasa digunakan wadah atau rak-rak terbuat dari bambu atau kayu sebagai alas. Selama penyemaian dilakukan penyiraman setiap hari sesuai kebutuhan, untuk menjaga kelembaban rimpang. Benih rimpang bertunas dengan tinggi tunas yang seragam 1 - 2 cm, siap ditanam di lapangan dan dapat beradaptasi langsung, juga tidak mudah rusak. Rimpang yang sudah bertunas tersebut kemudian diseleksi dan dipotong menurut ukuran. Untuk mencegah infeksi bakteri, dilakukan perendaman didalam larutan antibiotik dengan dosis anjuran. Kemudian dikering anginkan.


BUDIDAYA TANAMAN JAHE
Untuk mencapai hasil yang optimal didalam budidaya jahe putih besar, jahe putih kecil maupun jahe merah, selain menggunakan varietas unggul yang jelas asal usulnya perlu diperhatikan juga cara budidayanya.
A.Persiapan lahan tanaman jahe
Sebelum tanam dilakukan pengolahan tanah. Tanah diolah sedemikian rupa agar gembur dan dibersihkan dari gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan mencangkul tanah sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk. Untuk tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan tanahnya harus hati-hati disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan dicangkul atau digarpu terlalu dalam sehingga tercampur antara
lapisan olah dengan lapisan tanah bawah, hal ini dapat mengakibatkan tanaman kurang subur tumbuhnya. Setelah tanah diolah dan digemburkan, dibuat bedengan searah lereng (untuk tanah yang miring), sistim guludan atau dengan sistim pris (parit). Pada bedengan atau guludan kemudian dibuat lubang tanam.

B.Jarak tanam
Benih jahe ditanam sedalam 5 - 7 cm dengan tunas menghadap ke atas, jangan terbalik, karena dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm.

C.Pemupukan
Pupuk kandang domba atau sapi yang sudah masak sebanyak 20 ton/ha, diberikan 2 - 4 minggu sebelum tanam. Sedangkan dosis pupuk buatan SP-36 300 - 400 kg/ha dan KCl 300 - 400 kg/ha,
diberikan pada saat tanam. Pupuk urea diberikan 3 kali pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam sebanyak 400 - 600 kg/ha, masing-masing 1/3 dosis setiap pemberian. Pada umur 4 bulan setelah tanam dapat pula diberikan pupuk kandang ke dua sebanyak 20 ton/ha.

D.Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
a. Penyiangan gulma
Sampai tanaman berumur 6 - 7 bulan banyak tumbuh gulma, sehingga penyiangan perlu dilakukan secara intensif secara bersih. Penyiangan setelah umur 4 bulan perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran yang dapat menyebabkan masuknya benih penyakit. Untuk mengurangi intensitas penyiangan bisa digunakan mulsa tebal dari jerami atau sekam.
b. Penyulaman
Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1– 1,5 bulan setelah tanam dengan memakai benih cadangan yang sudah diseleksi dan disemaikan.
c. Pembumbunan
Pembumbunan mulai dilakukan pada saat telah terbentuk rumpun dengan 4 - 5 anakan, agar rimpang selalu tertutup tanah. Selain itu, dengan dilakukan pembumbunan, drainase akan selalu
terpelihara.
d. Pengendalian organisme pengganggu tanaman
Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan. Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum).
Sampai saat ini belum ada metode pengendalian yang memadai, kecuali dengan menerapkan tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit, seperti penggunaan lahan sehat,
penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik), menghindari perlukaan (penggunaan abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi
supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak melalui petak sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin. Tanaman yang terserang layu bakteri segera dicabut dan dibakar untuk menghindari meluasnya serangan OPT. Hama yang cukup signifikan adalah lalat rimpang
Mimergralla coeruleifrons (Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta bercak daun yang disebabkan oleh cendawan (Phyllosticta sp.). Serangan penyakit ini apabila terjadi pada tanaman muda (sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan (diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi secara rutin.

POLA TANAM TANAMAN JAHE
Untuk meningkatkan produktivitas lahan, jahe dapat ditumpangsarikan dengan tanaman pangan seperti kacang-kacangan dan tanaman sayuran, sesuai dengan kondisi lahan.



PANEN TANAMAN JAHE
Panen untuk konsumsi dimulai pada umur 6 sampai 10 bulan. Tetapi, rimpang untuk benih dipanen pada umur 10 - 12 bulan. Cara panen dilakukan dengan membongkar seluruh rimpangnya menggunakan garpu, cangkul, kemudian tanah yang menempel dibersihkan. Dengan menggunakan varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) dihasilkan rata-rata 27 ton rimpang segar, calon varietas unggul jahe putih kecil (JPK 3; JPK 6) dengan cara budidaya yang direkomendasikan, dihasilkan rata-rata 16 ton/ha rimpang segar dengan kadar minyak atsiri 1,7 – 3,8%, kadar oleoresin 2,39 – 8,87%. Sedangkan jahe merah 22 ton/ha dengan kadar minyak atsiri
3,2 – 3,6%, kadar oleoresin 5,86 – 6,36%. Mutu rimpang dari varietas unggul Cimanggu-1 dan calon varietas unggul jahe putih kecil dan jahe merah, memenuhi standar Materia Medika Indonesia (MMI).


Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikatagorikan sebagai berikut:
Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang;
Mutu II : bobot 150 - 249 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang;
Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang maksimum 10%


PASCA PANEN TANAMAN JAHE
Tahapan pengolahan jahe meliputi penyortiran, pencucian, pengirisan, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan. Setelah panen, rimpang harus secepatnya dibersihkan untuk menghindari kotoran yang berlebihan serta mikroorganisme yang tidak diinginkan. Rimpang dibersihkan dengan disemprot air yang bertekanan tinggi, atau dicuci dengan tangan. Setelah pencucian, rimpang dianginanginkan untuk mengeringkan air pencucian. Untuk penjualan segar, jahe dapat langsung dikemas. Tetapi bila diinginkan dalam bentuk kering atau simplisia, maka perlu dilakukan pengirisan rimpang setebal 1 – 4 mm. Untuk mendapatkan simplisia dengan tekstur menarik, sebelum diiris rimpang direbus beberapa menit sampai terjadi proses gelatinisasi Rimpang yang sudah diiris, selanjutnya dikeringkan dengan energi surya atau dengan pengering buatan/oven pada suhu 36 – 46° C. Bila kadar air telah mencapai sekitar 8 - 10%, yaitu bila rimpang bisa dipatahkan, pengeringan telah dianggap cukup. Selain itu, dikenal jahe kering gelondong (jahe putih kecil dan jahe merah) yang diproses dengan cara rimpang jahe utuh ditusuk-tusuk agar air keluar sebagian, kemudian dijemur dengan energi matahari atau
dioven sampai kering atau kadar air mencapai 8 - 10%. Rimpang kering dapat dikemas dalam peti, karung atau plastik yang kedap udara, dan dapat disimpan dengan aman, apabila kadar airnya rendah. Ruang penyimpan harus diperhatikan sanitasinya, berventilasi baik,
dengan suhu ruangan yang rendah dan kering untuk mencegah pencemaran oleh mikroba dan hama gudang.

PENGANEKARAGAMAN PRODUK TANAMAN JAHE
Selain simplisia, dari rimpang jahe dapat diperoleh minyak atsiri, oleoresin, bubuk, jahe asinan, jahe dalam sirup, manisan jahe, jahe kristal dan anggur jahe. Asinan jahe merupakan bahan ekspor yang potensial, dibuat dari jahe putih besar yang dipanen muda (3 bulan), dengan kadar serat rendah. Sedangkan permen jahe, manisan, sirup, instant, serbat dan sekoteng berasal dari jahe putih kecil yangdipanen tua. Selain untuk bahan baku obat tradisional (jamu), jahe sudah mulai digunakan untuk obat fitofarmaka karena kandungan gingerolnya. Bahan aktif ini diisolasi dari ekstrak jahe yang bermanfaat untuk mengatasi rasa nyeri pada tulang, otot dan sendi.

USAHATANI TANAMAN JAHE
Untuk memperoleh hasil yang optimum dengan usahatani yang menguntungkan, faktor-faktor produksi didalam budidaya perlu diperhitungkan. Berikut adalah analisis usahatani jahe dengan
menggunakan calon varietas unggul dan budidaya anjuran Balittro.

BIAYA PRODUKSI BUDIDAYA JAHE PER HEKTAR
a. Jahe putih besar
No. Komponen Biaya Vol. Fisik SatuanB iaya (RpJ)u mlah
I. Penyediaan Benih
A. Penangkaran
1. Benih 2000 kg 4500 9 000 000
2. Pupuk
- Pupuk kandang 40 ton 80 000 3 200 000
- Urea 600 kg 1 200 720 000
- SP36 300 kg 1750 525 000
- KCl 400 kg 2000 800 000
3. PHT 1 pkt 450 000 450 000
4. Gaji Upah
- Pembukaan lahan 50 HOK 15 000 750 000
- Pengolahan tanah 100 HOK 15 000 1 500 000
- Pembuatan bedengan 60 HOK 15 000 900 000
- Penanaman 60 HOK 15 000 900 000
- Pemeliharaan 300 HOK 15 000 4 500 000
- Sortasi dan seleksi 100 HOK 15 000 1 500 000
- Panen dan Pasca panen 100 HOK 15 000 1 500 000
Jumlah IA 26 245 000

Biaya (RpNo. Komponen Biaya Vol. Fisik Satuan J)u mlah

B. Penanganan benih
1. Sortasi benih di gudang 75 HOK 15 000 1 125 000
C. Sertifikasi
1. Kebun 1 ha 15 000 15 000
2. Benih 100 000
Jumlah IC 115 000
D. Packing
1. Upah pengepakkan 50 HOK 15 000 750 000
2. Kotak kayu 4 000 750 3 000 000
Jumlah ID 3 750 000
- Jumlah biaya IA s.d ID 31 235 000
- Bunga bank 10 bulan (10.8 % (13 %/th) 3 373 380
TOTAL BIAYA I 34 608 380
II Keuntungan
A. Hasil penjualan benih 20 000 –
25 000 kg
4 500 90 000 000 –
112 500 000
TOTAL KEUNTUNGAN (IIA-I) 55 391 620 – 77 891 620
Ket : Hasil penjualan benih adalah 80 % dari hasil panen, 20 % sebagai
penyusutan di gudang


b. Jahe putih kecil
No. Komponen Biaya Vol. Fisik SatuanB iaya (RpJu) mlah
I. Penyediaan Benih
A. Penangkaran
1. Benih 1000 kg 4500 4 500 000
2. Pupuk
- Pupuk kandang 40 ton 80 000 3 200 000
- Urea 600 kg 1 200 720 000
- SP36 300 kg 1750 525 000
- KCl 400 kg 2000 800 000
3. PHT 1 pkt 450 000 450 000
4. Gaji Upah
- Pembukaan lahan 50 HOK 15 000 750 000
- Pengolahan tanah 100 HOK 15 000 1 500 000
- Pembuatan bedengan 60 HOK 15 000 900 000
- Penanaman 60 HOK 15 000 900 000
- Pemeliharaan 300 HOK 15 000 4 500 000
- Sortasi dan seleksi 100 HOK 15 000 1 500 000
- Panen dan Pascapanen 100 HOK 15 000 1 500 000
Jumlah IA 21 745 000

B. Penanganan benih
1. Sortasi benih di gudang 75 HOK 15 000 1 125 000
Jumlah IB 1 125 000

C. Sertifikasi
1. Kebun 1 ha 15 000 15 000
2. Benih 100 000
Jumlah IC 115 000
D. Packing
1. Upah pengepakkan 50 HOK 15 000 750 000
2. Kotak kayu 2500 750 1 800 000
Jumlah ID 2 550 000
- Jumlah biaya IA s.d ID 25 535 000
- Bunga bank 10 bulan
10,8 % (13 %/th)
2 757 780

TOTAL BIAYA I 28 292 780

II Keuntungan

A. Hasil penjualan benih (80% dari hasil panen)
10 000 –
13 000 kg
4 500 45 000 000 –
58 500 000
TOTAL KEUNTUNGAN (IIA-I) 16 707 220 – 30 207 220
Ket : Hasil penjualan benih merupakan 80% dari hasil panen

c. Jahe merah
Biaya No. Komponen Biaya Vol. Fisik Satuan (RpJu) mlah
I. Penyediaan Benih
A. Penangkaran
1. Benih 1000 kg 4500 4 500 000
2. Pupuk
- Pupuk kandang 40 ton 80 000 3 200 000
- Urea 600 kg 1 200 720 000
- SP36 300 kg 1750 525 000
- KCl 400 kg 2000 800 000
3. PHT 1 pkt 450 000 450 000
4. Gaji Upah
- Pembukaan lahan 50 HOK 15 000 750 000
- Pengolahan tanah 100 HOK 15 000 1 500 000
- Pembuatan bedengan 60 HOK 15 000 900 000
- Penanaman 60 HOK 15 000 900 000
- Pemeliharaan 300 HOK 15 000 4 500 000
- Sortasi dan seleksi 100 HOK 15 000 1 500 000
- Panen dan Pascapanen 100 HOK 15 000 1 500 000
Jumlah IA 21 745 000
B. Penanganan benih
1. Sortasi benih di gudang 75 HOK 15 000 1 125 000
Jumlah IB 1 125 000
C. Sertifikasi
1. Kebun 1 ha 15 000 15 000
2. Benih 100 000
Jumlah IC 115 000
D. Packing
1. Upah pengepakkan 50 HOK 15 000 750 000
2. Kotak kayu 2500 750 1 800 000
Jumlah ID 2 550 000
- Jumlah biaya IA s.d ID 25 535 000
- Bunga bank 10 bulan
10,8 % (13 %/th)
2 757 780
TOTAL BIAYA I 28 292 780
II Keuntungan
A. Hasil penjualan benih 10 000 –
13 000 kg
4 500 45 000 000 –
58 500 000
TOTAL KEUNTUNGAN (IIA-I) 16 707 220 – 30 207 220
Ket : Hasil penjualan benih merupakan 80% dari hasil panen

Sumber : Homepage : http://www.balittro.go.id

pengendalian penyakit antraknosa atau patek

Penyakit antraknosa atau patek pada tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum gloeosporioides Pens, penyakit antraknosa atau patek ini merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen hingga 20-90 % terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 32 derajat selsius biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan
busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.
Pengendalian Penyakit Antraknosa atau Patek:
  • Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati.
  • Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam.
  • Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat.
  • Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae(terong, tomat dll) atau tanaman inang lainnya misal pepaya karena berdasarkan penelitian IPB patogen antraknosa pada pepaya dapat menyerang cabai pada pertanaman.
  • Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya.
  • Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi.
  • Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.
  • Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
  • Penyiangan / sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban berkurang dan tanaman semakin sehat.
  • Jangan menanam cabai dekat dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh antraknosa / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.
  • Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan.
Agen hayati yang sering digunakan dalam pengendalian antraknosa adalah : Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium, athrobacter dll, dan ini biasanya bisa didapat di balai perlindungan tanaman Deptan. Namun perlu diperhatikan bila kita menggunakan agen hayati sebaiknya kita tidak menggunakan pestisida kimia, karena akan menyebabkan kematian pada agen hayati tersebut
Sumber :
http://tohariyusuf.wordpress.com/2010/01/11/anthraknosa-atau-patek-pada-...